PRINSIP – PRINSIP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
I.
Prinsip-Prinsip Berkenaan Dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan
Konseling
a.
Tujuan akhir bimbingan dan
konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh karena itu, pelayanan
bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembagkan klien agar mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau permasalahan yang
dihadapinya.
b.
Dalam proses konseling,
keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien adalah atas kemauan
klien itu sendiri, bukan atas desakan atau kemauan dari konselor.
c.
Permasalahan khusus yang
dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh (dan kalau perlu
dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahn khusus tersebut.
d.
Bimbingan dan konseling adalah
pekerjaan professional. Oleh karena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli yang
telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan dan
konseling.
e.
Guru dan orang tua memiliki
tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh
karena itu, kerjasama antara konselor dengan guru dan orang tua amat
diperlukan.
f.
Guru dan konselor berada dalam
satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu keduanya harus mengembangkan
peranan yang saling melengkapi untuk mengurangi kebodohan dan hambatan-hambatan
yang ada pada lingkungan individu/siswa.
g.
Untuk mengelola pelayanan
bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan
individu, program pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan
dengan baik. Dengan pengadministrasian instrument yang benar-benar dipilih
dengan baik, data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan
minat, dan berbagai cirri kepribadian hendaknya dikumpulkan, dan dipergunakan
sesuai dengan keperluan.
h.
Organisasi program bimbingan
hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dan lingkungannya.
i.
Tanggung jawab pengelolaan
program bombing dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan
program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan
konseling, bekerja sama dengan staf dan personil lembaga di tempat ia bertugas
dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
j.
Penilaian secara periodik perlu
dikakukan terhadap program yang sedang berjalan. Kesuksesan pelaksanaan program
diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang berkepentingan dengan program
yang disediakan (baik pihak – pihak yang melayani maupun yang dilayani), dan
perubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani.
Dalam hal yang sama, Belkin, dalam Prayitno, dkk
(1994:225-226) mengemukakan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh
kembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu sebagai berikut:
1.
Konselor harus memulai
kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan
yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberikan
kesempatan kepada semua personal sekolah dan siswa untuk mengetahui
program-program yang hendak dijalankan itu.
2.
Konselor harus selalu
mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara
konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor
harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap elitis
atau kesombongan/ keangkuhan professional.
3.
Konselor bertangggungjawab
untuk memahami peranannya sebagai konselor professional dan menterjemahkan
peranannya itu kedalam kegiatan nyata. Konselor harus pula mampu dengan
sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerjasama
tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang
terpikul di pundak konselor.
4.
Konselor bertanggungjawab
kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan,
yang berkemungkinan putus sekolah, yang mempunyai permasalahn emosional, yang
mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa,
yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai,
serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor, dan
personal sekolah lainnya.
5.
Konselor harus memahami dan
mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah
dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan
emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan
pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk
kegiatan lainnya.
6.
Konselor harus mampu bekerja
sama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka
terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya. Konselor memiliki
kesempatan yang baik untuk menegakkan citra bimbingan dan konseling
professional apanila ia memiliki hubungan yang saling menghargai dan saling
memperhatikan dengan kepala sekolah.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menegaskan bahwa
penegakan dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
hanya mungkin dilakukan oleh konselor professional yang tahu dan mau bekerja,
memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya, dan mampu
menterjemahkannya ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal
sekolah lainnya, memiliki komitmen dan ketrampilan untuk membantu siswa dengan
segenap variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan
yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah. Konselor yang demikian itu tidak
akan muncul dengan sendirinya, melainkan melalui pengembangan dan peneguhan
sikap dan ketrampilan, wawasan, dan pemahaman professional yang mantap.
I Prinsip-Prinsip Berkenaan Dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan
Konseling Perkembangan
Dewasa ini substansi layanan
bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah adalah bimbingan dan konseling perkembangan.
Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, Muro dan
Kottman (1995:50-53) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling perkembangan
adalah bimbingan dan konseling yang di dalamnya mengandung prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut:
a.
Bimbingan dan Konseling
diperlukan oleh seluruh siswa.
Kegiatan bimbingan
dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa, termasuk di dalamnya siswa yang
mengalami kesulitan. Seluruh siswa ingin memperoleh pemahaman diri,
meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki kematangan dalam
memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa memerlukan
bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki kematangan dalam
memahami nilai-nilai. Semua siswa memerlukan rasa dicintai dan dihargai,
memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya, dan memiliki kebutuhan
untuk memahami kekuatan pada dirinya.
b.
Bimbingan dan konseling
perkembangan memfokuskan pada pembelajaran siswa.
Sekolah saat ini
membutuhkan tenaga-tenaga spesialis. Spesialis untuk membantu siswa membaca,
memainbkan instrument musik, dan membantu pertumbuhan fisik. Guru pembimbing
atau konselor dapat dipandang sebagai spesialis dalam pertumbuhan dan
perkembangan siswa, dalam mempelajari dan memahamidunia dalam diri siswa. Guru
pembimbing ( konselor ) juga bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum
dalam mengembangkan kognitif, afektif, dan pertumbuhan fisik. Kurikulum yang
dikembangkan konselor menitikberatkan pada pembelajaran manusia dan pemanusiaan
peserta didik. Secara operasional, konselor merupakan anggota tim dari suatu tim
yang terdiri atas orangtua, guru, konselor, pengelola, dan spesialis lainnya.
Tugas mereka membantu siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki kesulitan
hendaknya tetap belajar, dan siswa yang lambat belajar hendaknya dibantu untuk
belajar sebanyak mungkin, sehingga semua siswa terlibat dalam proses
pembelajaran. Tugas sekolah adalah menyelenggarakan pembelajaran, sedangkan
tugas bimbingan dan konseling perkembangan adalah membantu siswa untuk belajar.
c.
Guru pembimbing (konselor) dan
Guru adalah fungsionaris bersama dalam program bimbingan dan konseling
perkembangan.
Pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih berorientasi pada siswa daripada pada
pelajaran. Oleh karena itu, konselor dan guru bekerja sama membantu
menyelesaikan masalah siswa. Guru pembimbing (konselor) membantu guru dalam
menelusuri masalah siswa, mendengarkan sungguh-sungguh perasaan yang dicurahkan
siswa, memperjelas, menentukan pendekatan yang akan digunakan dan membantu
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru.
d.
Kurikulum yang diorganisasikan
dan direncanakan merupakan bagian penting dalam bimbingan dan konseling
perkembangan.
Seluruh program
bimbingan perkembangan hendaknya berisi perencanaan dan pengorganisasian
kurikulum yang matang. Sama halnya dengan kurikulum sekolah yang biasa, seperti
: Matematika, IPA, IPS; layanan dasar bimbingan perkembangan berisi tujuan dan
sasaran untuk membantu siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal.
Materi program berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan harga diri,
motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, perumusan tujuan,
perencanaan, efektifitas hubungan antara pribadi, ketrampilan berkomunikasi,
keefektifan lintas budaya,dan perilaku yang bertanggung jawab.
e.
Program bimbingan dan konseling
perkembangan peduli pada penerimaan diri, pemahaman diri, dan peningkatan diri.
Kegiatan dalam
bimbingan perkembangan dirancang untuk membantu siswa mengetahui lebihn banyak
tentang dirinya, menerima dirinya, serta memahami kekuatan pada dirinya.
f.
Bimbingan dan konseling
perkembangan memfokuskan pada proses mendorong perkembangan.
Metode mendorong
(encouragement) perkembangan diarahkan untuk:
1.
Menempatkan nilai pada diri
siswa sebagaimana dirinya sendiri;
2.
Percaya pada dirinya;
3.
Percaya akan kemampuan diri
siswa, membangun penghargaan akan dirinya;
4.
Pengakuan untuk bekerja dan
berusaha dengan sungguh-sungguh;
5.
Memanfaatkan kelompok untuk
mempermudah dan meningkatkan perkembangan siswa;
6.
Memadukan kelompok sehingga
siswa merasa memiliki tempat dalam kelompok;
7.
Membantu perkembangan
ketrampilan secara berurutan dan secara psikologis memungkinkan untuk sukses;
8.
Mengetahui dan memfokuskan pada
kekuatan dan aset siswa;
9.
Memanfaatkan minat siswa
sebagai energi dalam pengajaran.
g.
Suatu proses “menjadi”,
sehingga pertumbuhan fisik dan psikologisnya memiliki berbagai kemungkinan
sebelum mencapai masa dewasa. Oleh karenanya pengembangan yang terarah adalah
sesuatu yang lebih penting.
h.
Bimbingan dan konseling
perkembangan sebagai “team oriented” menuntut pelayanan konselor yang
profesional.
Keberhasilan
bimbingan dan konseling perkembangan memerlukan upaya bersama seluruh staf di
sekolah. Untuk memperoleh keefektifan maksimum dari program sekolah hendaknya
memiliki akses terhadap pengetahuan dan ketrampilan konselor yang terlatih,
antara lain dalam konseling individual, konseling kelompok, pengukuran dan
perkembangan siswa.
i.
Bimbingan dan konseling
perkembangan peduli dengan identifikasi awal akan kebutuhan – kebutuhan khusus
siswa.
Guru pembimbing
(konselor) bekerjasama dengan guru untuk menemukan kebutuhan siswa, yang jika
tidak terpenuhi akan menjadi kendala dalam kehidupan siswa berikutnya.
Melakukan pendekatan dengan siswa baik secara individual maupun kelompok.
Menjalin hubungan erat dengan orangtua merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam melaksanakan identifikasi kebutuhan siswa.
j.
Bimbingan dan konseling
perkembangan peduli dengan penerapan psikologi.
Guru pembimbing
(konselor) perkembangan tidak sekedar peduli pada “assessment” kemampuan anak
untuk belajar, melainkan pada penerapan psikologi pada bagaimana anak
menggunakan kemampuannya.
k.
Bimbingan dan konseling
perkembangan memiliki kerangka dasar psikologi anak, psikologi perkembangan,
dan teori belajar.
l.
Bimbingan dan konseling
perkembangan memiliki sifat mengikuti urutan dan lentur.
Dalam implementasinya,
bimbingan dan konseling perkembangan mengikuti urutan, artinya program
bimbingan dan konseling perkembangan dirancang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa, dan lentur dalam arti program hendaknya disesuaikan dengan
perbedaan individual.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Bimbingan dan konseling perkembangan adalah proses pemberian
bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, issue-isue
yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa, dan merupakan bagian penting
dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
Implementasi
layanan bimbingan dan konseling perkembangan mencakup beberapa jenis layanan,
yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan
individual, dan dukungan sistem (Gysbers and Henderson, dalam Muro dan Kottman
(1995:5).
1)
Layanan Dasar Bimbingan atau
Layanan Kurikulum Bimbingan
Layanan
dasar bimbingan atau layanan kurikulum bimbingan adalah “rencana bimbingan”
yang berisi hal-hal umum yang perlu dikembangkan pada seluruh siswa melalui
layanan bimbingan dalam membantu siswa mengembangkan ketrampilan hidup dan
perilaku efektif. Adapun hal-hal umum yang merupakan isi bimbingan yang
dikemas ke dalam komponen “layanan dasar
bimbingan” ini adalah bimbingan yang menunjang pencapaian semua tugas-tugas
perkembangan siswa dalam semua indikatornya, melalui bimbingan informatif
secara klasikal atau kelompok. Adapunn tugas-tugas perkembangan siswa,
meliputi:
(a)
Memiliki sikap dan perilaku
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(b)
Memperoleh perangkat nilai
sebagai pedoman berperilaku.
(c)
Mencapai kemandirian emosional.
(d)
Mengembangkan kemampuan
intelektual.
(e)
Berperilaku social yang
bertanggung jawab.
(f)
Mencapai peran social sebagai
pria/wanita.
(g)
Menerima keadaan diri dan
menggunakannya secara efektif.
(h)
Mencapai kemandirian perilaku
ekonomis.
(i)
Memiliki wawasan persiapan
karir.
(j)
Mencapai hubungan yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita (Havighurst, 1961:2-160).
2)
Layanan Responsif
Layanan
Responsif pada dasarnya merupakan layanan intervensi yang berupa kegiatan
menanggapi siswa-siswa yang mengalami krisis dan yang memerlukan bantuan
khusus, serta pencegahan akan kemungkinan kesulitan dalam membuat pilihan. Di
samping itu, layanan ini juga berupa menanggapi kepedulian dan kebutuhan siswa
dalam jangka pendek yang terjadi dan dirasakan pada saat ini.
Dalam
layanan responsive, peranan konselor (guru pembimbing) adalah memberikan
layanan konseling individual/kelompok; berkonsultasi dengan guru, kepala
sekolah, dan personil sekolah lainnya, serta orangtua siswa berkaitan dengan
penanganan siswa; dan mengoordinasikan berbagai strategi intervensi kepada
siswa; serta merujuk siswa ke ahli lain jika perlu. Adapun isi bimbingan yang
dikemas ke dalam komponen layanan responsive ini adalah topic-topik selektif dan prioritas dari
aspek-aspek tugas perkembangan yang tingkat ketercapaiannya masih jauh dari
optimal atau yang masih sangat rendah.
3)
Layanan Perencanaan Individual
Layanan
perencanaan individual pada dasarnya merupakan layanan bantuan untu semua siswa
dalam membuat dan melaksanakan perencanaan pribadi, social, pendidikan dan
karir.
Tujuan utama layanan ini adalah membantu siswa-siswa
belajar memahami pertumbuhan dan perkembangannya, membuat perencanaan, dan
melaksanakannya ubtuk menuju tujuan perkembangan yang hendak dicapainya. Dalam perencanaan
layanan individual ini, peranan konselor adalah memandu seluruh siswa dalam
memahami, membuat perencanaan, dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan
perkembangan yang ditetapkannya, dalam forum kegiatan bimbingan kelompok atau
klasikal.
4)
Dukungan Sistem (system support)
Komponen
layanan ini memberikan bantuan kepada staf bimbingan dan konseling di dalam
melaksanakan tiga komponen layanan di atas, dan kepada personil sekolah lainnya
memberikan bantuan di dalam melaksanakan program-program pendidikan lainnya di
sekolah.
Terhadap layanan
bimbingan dan konseling, dukungan yang perlu ditujukan kepada:
ü Pengembangan program bimbingan dan konseling termasuk pengelolaan
anggaran, bahan-bahan dan fasilitas,
ü Pengembangan staf,
ü Pemanfaatan sumber daya masyarakat,
ü Pengembangan dan atau penataan kebijakan, prosedur, dan petunjuk
tertulis.
Terhadap program-program pendidikan lainnya, dukungan
yang perlu diberikan ditujukan kepada:
ü Perencanaan perbaikan sekolah,
ü Penetapan pengelolaan tempat,
ü Kegiatan administratif yang berhubungan dengan bimbingan,
ü Kerja sama dengan program-program pendidikan vokasional dan
pendidikan khusus.
Dukungan sistem diarahkan kepada upaya
penataan sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan
konseling.
Demikian makalah tentang prinsip-prinsip layanan bimbingan konseling. Atau anda bisa download makalah diatas disini.
0 komentar:
Posting Komentar